Unsur Intrinsik Sastra
Nama: Juliyanti Rahayu
Kelas: XII MIPA 4
Unsur Intrinsik Sastra
Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk dan mempengaruhi struktur yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik dalam karya sastra antara lain alur, tema, latar, gaya bahasa, tokoh dan penokohan, sudut pandang, serta amanat.
1. Alur
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan cerita utuh dan padu. Terdapat tiga jenis alur yaitu:
-Alur maju: alur cerita yang menjelaskan peristiwa secara berunut dari awal hingga akhir.
-Alur mundur: menuliskan peristiwa akhir sebagai pembuka cerita dan mengisahkan peristiwa-peristiwa tokoh pokok melalui kenangan masa lalu salah satu tokoh.
-Alur campur: alur yang menggabungkan alur maju dan mundur dalam satu cerita. Lazimnya alur ini digunakan untuk karya sastra yang lebih kompleks seperti cerita suatu tokoh di masa lalu berpengaruh dengan masa kini.
2. Tema
Inti masalah atau pokok pikiran dari sebuah karya sastra disebut dengan tema. Unsur tema memiliki dua jenis, mereka adalah:
-Tema mayor: tema yang sangat menonjol dan berpengaruh besar terhadap alur cerita serta tokoh-tokohnya.
-Tema minor: tema yang tidak terlalu berpengaruh namun tetap mempunyai dampak bagi sebuah karya sastra.
3. Latar
Latar dalam karya sastra adalah keadaan atau kondisi yang mempengaruhi tokoh. Latar biasanya diketahui dengan latar tempat dan latar waktu.
Latar tempat merupakan lokasi di mana cerita tersebut terjadi. Misalnya di sebuah kota, negara, di pesawat, kapal, atau tempat-tempat lainnya yang berhubungan dengan karya sastra.
Sementara latar waktu adalah kapan sebuah karya sastra terjadi. Bisa berupa runutan waktu, periode, atau indikator waktu lainnya seperti tahun, bulan, jam, dan lain-lain.
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau gaya penulisan dalam karya sastra dapat disebut sebagai ciri khas dari seorang penulis. Penulisan gaya bahasa dibedakan melalui penggunaan majas, diksi, serta pemilihan kalimat. Ada penulis yang menggunakan unsur intrinsik karya sastra berupa gaya bahasa baku dan ada yang menggunakan gaya bahasa santai. Setiap penulis cerpen tentu memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda. Hal inilah yang membedakan satu penulis dengan yang lainnya.
5. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah karakter-karakter yang diciptakan oleh penulis dalam karya sastra. Unsur tokoh terbagi menjadi empat macam, yakni:
-Tokoh protagonis: tokoh utama dalam karya sastra
-Tokoh antagonis: tokoh yang berlawanan atau menentang dari tokoh utama
-Tokoh tritagonis: penengah dari tokoh protagonis dan antagonis
-Tokoh figuran: tokoh yang hanya muncul sementara atau sebentar pada sebuah cerita.
Penokohan dalam karya sastra meliputi bagaimana watak sebuah tokoh yang dideskripsikan melalui percakapan, pola pikir, atau narasi. Tujuan penokohan yaitu untuk membuat karakter terlihat ‘hidup’ supaya menarik perhatian, terlepas disukai atau tidak oleh pembaca. Penokohan ini bisa digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan pandangan saat menyelesaikan suatu masalah. Begitu juga melalui penjelasan narasi atau penggambaran fisik tokoh tersebut.
6. Sudut pandang
Dalam sebuah karya sastra, sudut pandang merupakan posisi atau kedudukan seseorang dalam menceritakan sebuah kisah. Sudut pandang adalah arah pandang dari unsur intrinsik karya sastra seorang penulis dalam menyampaikan sebuah cerita. Sudut pandang menjadi cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut pandang terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
-Sudut pandang pertama: pada umumnya ditulis dengan kata ganti orang pertama seperti saya, aku, gue, dan lain-lain.
-Sudut pandang kedua: cerita dideskripsikan dengan kata ganti orang kedua. Misal: kamu, kau, engkau, kalian, dan sebagainya.
-Sudut pandang ketiga: karya sastra digambarkan dengan kata ganti orang ketiga, penulis menjadi serba tahu. Cerita dituangkan dengan kata ganti dia, mereka, atau dengan nama-nama tokoh.
7. Amanat
Setiap cerita tentu mempunyai pesan moral, baik dalam bentuk tersirat maupun tersurat. Hal inilah yang dinamakan amanat dalam karya sastra. Sering kali amanat disebut juga sebagai makna cerita.